Jumat, 07 Januari 2011

Studi Keanekaragaman Jenis Cacing Tanah Pada Empat Sistem Penggunaan Lahan


ABSTRAK
Sisnawati.   2010. Studi Keanekaragaman Jenis Cacing Tanah (Kelas Oligochaeta) pada Empat  Sistem Penggunaan Lahan Di Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Propinsi Jambi: Skripsi, Jurusan PMIPA, FKIP Universitas Jambi, Pembimbing: (I). Agus Subagyo, S.Si, M.Si., (II). Drs. Jodion Siburian, M.Si

Kata kunci: Keanekaragaman, Cacing Tanah, Alih guna lahan

Alih guna lahan, dari hutan menjadi lahan pertanian menimbulkan banyak masalah seperti kepunahan flora dan fauna, erosi, banjir, penurunan kesuburan tanah, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Selain itu juga berdampak pada keanekaragaman hayati fauna tanah salah satunya adalah cacing tanah. Aktivitas cacing tanah dapat mengubah struktur tanah, dinamika hara dan pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis cacing tanah pada empat sistem penggunaan lahan di Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Provinsi Jambi
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode transek dengan  Hand sortir, yaitu menggali tanah pada setiap monolit hingga kedalaman 30 cm. Sampel yang telah diambil diawetkan dalam botol berisi alkohol 70% selanjutnya diidentifikasi di Laboratorium Crustaceae LIPI Cibinong. Spesimen yang diperoleh dihitung jumlah individunya (N) dan jumlah spesiesnya (S), selanjutnya dihitung indek keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), Indek kesamaan (IS) dan Indek ketidaksamaan (ID).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hutan sekunder terdapat 6 jenis cacing tanah, yaitu Pontoscolex corethrurus, Amynthas sp1, Amynthas sp2, Amynthas sp3, metaphire sp dan metaphire fordi. Agroforest karet 5 jenis cacing tanah, yaitu Pontoscolex. corethrurus, Amynthas sp1, Amynthas sp2, Amynthas sp3, Polypheretima fida, karet monokultur 2 jenis cacing tanah, yaitu Pontoscolex corethrurus dan Pontodrilus litoralis, serta sawit monokultur juga 2 jenis cacing tanah, yaitu Pontoscolex corethrurus dan Pontodrilus litoralis. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) pada hutan sekunder tergolong sedang (H’=1,58), agroforest karet  tergolong rendah (H’=1,22), karet monokultur tergolong rendah (H’=0,04) dan sawit monokultur juga tergolong rendah (H’=0,06). Strukur komunitas yang paling mirip yaitu antara hutan sekunder dengan agroforest karet (IS=72,72%) diikuti  agrofoest karet dengan karet monokultur (IS=33,33%), kemudian hutan sekunder dengan karet monokultur (IS=28,57%), agroforest karet dengan sawit monokultur (IS=33,33%), hutan sekunder dengan sawit monokultur (IS=28,57%) dan karet monokultur dengan sawit monokultur (IS=100%).
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa keanekaragaman jenis cacing tanah  pada sistem penggunaan lahan agroforest karet, sawit monokultur dan karet monokultur tergolong rendah, sedangkan hutan sekunder tergolong sedang. Pada empat sistem penggunaan lahan, jenis cacing tanah yang paling banyak ditemukan adalah Pontoscolex corethrurus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar